Daftar Blog Saya

Jumat, 28 Agustus 2009

Desain 1

RESPON DISAINER ATAS KOMENTAR DAN KRITISI ELEMEN MASYARAKAT,


T

anggapan Pemenang Disain Logo Kabupaten Pringsewu atas komentar dan kritik dari ”elemen” masyarakat yang mengkonfrontir atas logo yang digulirkan kepada masyarakat beberapa waktu yang lalu, adalah hal yang wajar dan biasa dalam suatu kancah sayembara atau lomba selama tidak mengaburkan pemahaman masyarakat dan membuka front perpecahan di masyarakat, sejatinya masyarakat Pringsewu kaya akan SDM yang bermutu, hanya saja, sangat disayangkan apabila pembenaran yang bersifat tendensius negatif akan menciptakan ketidaknyamanan bagi ”elemen” masyarakat lain yang mungkin tidak senada dengan salah satu atau dua ”elemen” yang ada dalam masyarakat itu sendiri, Sudahkah dilihat apakah benar hal ini menjadi suatu keputusan final yang tidak ada kompromi lagi sehingga yang pada akhirnya akan menjadi masalah baru didalam elemen masyarakat Pringsewu itu sendiri, kebebasan berbicara terkadang sudah tidak lagi melihat etika dan budaya luhur bangsa kita, dimanakah kedewasaan kita dalam memahami akan sustu konsep yang tidak lari terlepas dari ”benang merah” yang ada, disinilah perlunya kita berbicara dengan cara-cara yang konstruktif dalam rangka pendewasaan masyarakat di bidang Politik, Sosial dan Budaya. Kita bukanlah bangsa yang memiliki pemikiran yang moderat, yang pragmatis, menilik akan pentingnya kebersamaan dalam membangun Pringsewu, kepada masyarakat yang berpikiran maju, yang mengakui akan karya orang lain, yang menerima akan kenyataan bahwa pemikiran kita belum dapat diterima dan belum diakui sepenuhnya oleh masyarakat kita. Bagaimana kita dapat dihargai oleh ”elemen” masyarakat lain yang tidak sejalan dengan kita, sementara dalam diri kita belum dapat menghargai martabat diri kita sendiri dengan mengumbar konfrontasi dan berpikiran moderat, saatnya kita tinggalkan pemikiran-pemikiran skeptis, merubah ”mindset” kita yang mampu memberi dan mengakui akan karya seseorang dengan cara-cara yang lebih santun dan arif serta legowo menerima atas karya orang lain. Adalah sangat tidak adil apabila, sebagai salah satu unsur dalam masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, untuk tidak membela diri, terkhusus pendisain yang mencoba memberikan segala pemikiran dan idenya dituangkan dalam satu bentuk karya yang memiliki harapan terakomodirnya keinginan warga Pringsewu, suatu logo kebanggaan, tetapi disisi lain hanya mendapat hujatan dan bahasa yang miring yang mungkin saja dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat. Itukah yang disebut ”persatuan”?

Perlu diingat bahwa perjalanan rancangan itu sendiri tidaklah kaku seperti yang dibayangkan oleh ”elemen” masyarakat yang notabene bermartabat, pejuang, wakil insan yang disebut sebagai insan yang memiliki harkat dan martabat.

Sejatinya pula kita perlu merubah pemikiran-pemikiran yang destruktif, yang dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat, bolehlah kita berpendapat disertai masukan yang konstruktif, lebih baik berbuat sebelumnya daripada berpendapat tanpa solusi.

Andai saja pendisain berpendapat:

· Adakah Disain lain selain roda bergerigi yang dapat menggambarkan dua makna, teknologi dan upaya pencapaian sesuatu dalam segala bidang?

· Adakah aturan adat lampung yang menyatakan bahwa segala bentuk komponen Disain bahwa Payung ”tidak boleh” diganggu bentuknya, coba lihat logo Lampung Utara dan Metro, adakah kesamaan disana? Haruskah sama?

· Bicara soal Bintang, bagaimana pemerhati berpendapat tentang bintang Pancasila di dada Burung Garuda? Apakah itu bermakna sempit, tendensius serta tidak mencerminkan kebersamaan dan toleransi umat beragama? How you explained it ?

· Sudahkah dilihat perubahan yang terjadi atas Bambu, baik bentuk maupun pemaknaannya? Rasanya perlu dibaca dan dikaji lagi, Benarkah meninggalkan ”fakta sejarah” terbentuknya Kabupaten Pringsewu?

Mengapa konsep itu tidak dituangkan dalam disain oleh pemerhati sebelumnya, untuk memperkaya konsep yang masuk tim juri penilai pada saat dibukanya sayembara ini,

Sepakatkah pemerhati akan kalimat :

“It’s the best action better than talk only”

Pendisain menyadari sepenuhnya bahwa Perbedaan dan Silang Pendapat adalah sesuatu yang biasa, yang utama adalah bagaimana kita memadukan perbedaan itu untuk saling mengisi, sebagaimana perbedaan yang dilihat “Si Fulan dan Abunawas dalam melihat sosok seekor Gajah, bila Si Fulan menengatakan bahwa gajah berhidung panjang, sementara Abunawas menyebutkan bahwa Gajah itu hewan bertelinga Lebar”, tentu tidaklah sama, karena melihat dari sisi dan kacamata yang berbeda pula, tetapi rasanya kurang arif bila kita mengatakan bahwa “Buku dan Roda sekecil itu terlihat jelas apalagi dengan pemaknaan yang tendensius, sementara Bambu dengan wujud yang proporsional sebesar itu tidak terlihat.

Rasanya pendisain perlu sekali lagi menuangkan kronologis perjalanan Disain Ini agar tidak kabur dan lepas dari pemikiran ”elemen” masyarakat Pringsewu yang terhormat.

Kronologis Pemenang Dalam Mendisain Rancangan Logo Kabupaten Pringsewu.

L

omba / Sayembara Pembuatan Logo Pringsewu disampaikan terbuka bagi masyarakat umum dan dimuat pada Salah satu media cetak, Edisi 07 Agustus 2009, sebagai salah satu warga Masyarakat yang peduli akan Pringsewu, pendisain mencoba memadukan, menyumbangkan pikiran dan sketsanya, konsep-konsep yang pendisain miliki dalam rangka mengisi mimbar kebebasan dan kemerdekaan berpendapat dengan hal-hal yang positif dan inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat Pringsewu tanpa meninggalkan ”Benang Merah” dan ”sejarah” terbentuknya Kabupaten Pringsewu itu Sendiri.

Draft Rancangan Disain Masuk pada Tim Juri Penilai yang terdiri dari unsur Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten Pringsewu (PPPKP), tokoh masyarakat Kecamatan Pringsewu dan perwakilan beberapa kecamatan yang masuk dalam Wilayah Kabupaten Pringsewu. Tim Juri Penilai dikomandani oleh Ketua Umum PPPKP Drs. Wanawir, M.M., pada tanggal 11 Agustus 2009, diterima oleh salah satu anggota Tim Juri Penilai (Bapak Ci Amah) melalui karyawan Disdikpora. Dengan rancangan awal seperti pada Disain 1.

Disain 1 dengan pemaknaan:

1) Latar belakang berwarna biru muda melambangkan perdamaian, kuning melambangkan ke-empatian (senasib sepenanggungan)

2) Payung (di atas siger) merupakan lambang perlindungan pada masyarakat.

3) Siger merupakan ciri khas budaya daerah lampung.

4) Disain Padi berwarna kuning emas dan Kapas putih, adalah lambang kesejahteraan dan kemakmuran.

5) Jumlah butir padi 48, melambangkan Nomor Undang-undang penetapan Pembentukan Kabupaten Pringsewu, yakni Nomor 48 Tahun 2008.

6) Jumlah buah kapas 26, melambangkan tanggal penetapan Undang-undang Pembentukan Kabupaten Pringsewu, yaitu tanggal 26.

7) Disain Bambu bertingkat, menyatakan beberapa lapisan masyarakat Pringsewu, berjumlah sebelas menyatakan bulan pembentukan yakni Bulan November (Bulan 11).

8) Pada bagian bawah Disain padi dan kapas serta Bambu bertuliskan ”JEJAMA SECANCANAN” yang memiliki makna bebas: bersama-sama saling bergandengan tangan atau dengan kata lain bergotong royong, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Tahap Awal penilaian disain 1 ternyata dapat diterima oleh tim juri penilai dengan penilaian tertinggi dari 14 desain yang masuk dari 8 peserta (menurut Ketua Tim Juri Penilai) yang disampaikan kepada pendisain, namun demikian masih dalam taraf revisi yang diminta oleh tim juri penilai, yang selanjutnya diperbaiki dan dilaporkan kepada Kepala Disdikpora Pringsewu (Bapak Rimir Mirhadi,S.H.)

Dari desain awal terlihat bahwa Gambar payung dan siger belum proporsional, sehingga pada tahap selanjutnya Gambar direvisi dimana letak payung dan siger dibuat secara proporsional, artinya siger tidak lebih besar dari payung. Sehingga disain selanjutnya mengalami perubahan seperti yang terlihat pada Disain 2.

Dari gambar yang ada (Disain 2), selanjutnya gambar dikonsultasikan oleh ketua Tim Juri Kepada Bupati Pringsewu (Ir. Masdulhaq), atas petunjuk Kadisdikpora, dari hasil konsultasi tersebut beliau (Bupati) berkeinginan agar pada Disain terlihat unsur Ketuhanan, Pendidikan dan Teknologi, masuk ke dalam komponen Disain logo, untuk itu pendisain berinisiatif atas masukan / keinginan bupati dengan adanya unsur Buku, melambangkan Pendidikan, Roda gigi melambangkan teknologi, dan Bintang sebagai unsur Ketuhanan, dengan tulisan berwarna Putih dengan demikian perubahan gambar dilakukan seperti pada Disain 3. Dengan adanya tambahan gambar pada Disain 3 maka terdapat penambahan makna dengan pemaknaan sebagai berikut:

  1. Gambar bintang menunjukkan masyarakat Pringsewu, religius, ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjadi naungan semua sendi kehidupan.
  2. Gambar Buku dan Roda bergerigi sembilan, menunjukkan keunggulan Pendidikan dan Teknologi.

Dengan dekatnya waktu antara Revisi Disain dan konsultasi dengan Bupati dan rencana launching logo pemenang yang dilaksanakan oleh tim juri penilai, akhirnya Gambar disain 3 digulirkan oleh tim juri pada rentetan acara segera setelah Upacara Detik-detik Proklamasi HUT RI 64 – 17 Agustus 2009, yang dihadiri oleh Bupati dan seluruh Uspida, Uspika serta masyarakat Pringsewu.

Gambar Logo Disain 3 di launching, spontanitas, komentar pro dan kontra bermunculan dari beberapa unsur elemen masyarakat yang ditujukan kepada tim juri penilai dan pendisain, yang pada akhirnya beberapa kritikan sampai didengar dan diterima oleh Bupati.

Sehingga, pada sore hari tanggal 17 Agustus 2009, hari itu juga pendisain dipanggil oleh Pj. Bupati untuk menerima beberapa petunjuk perevisian Disain Logo untuk mengakomodir beberapa masukan dan saran dari masyarakat, dimana pada pertemuan langsung dengan Bapak Pj. Bupati, pendisain mendapatkan masukan/ide arahan langsung dari beliau diantaranya:

Ø Garis merah putih dibawah tulisan Pringsewu

Ø Roda gerigi dikembangkan menjadi setengah dan utuh, melambangkan bahwa usaha pencapaian terus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang optimal di segala bidang (Pendidikan, Pembangunan, Teknologi)

Ø Bambu dibuat runcing melambangkan semangat perjuangan

Ø Merubah pemaknaan dari Bambu yang jumlahnya 11 (menyatakan bulan penetapan Pembentukan Kabupaten Pringsewu) menjadi 8 dimana pemaknaannya menjadi 8 Kecamatan yang berada di Wilayah Kabupaten Pringsewu. Sementara pemaknaan bulan ke 11, bulan penetapan pembentukan Kabupaten Pringsewu, digantikan dengan rumbai yang ada pada payung yang berjumlah sebelas (11).

Ø Adanya masukan dari masyarakat agar tulisan Kabupaten dihilangkan, untuk mengurangi adanya overlapping tulisan rencana logo diatasnya (Pemkab-red), sehingga tulisan cukup dengan PRINGSEWU.

Ø Perubahan posisi Kapas berada pada sisi kanan, sementara Padi berada pada posisi kiri

Secara konsisten pendisain menangkap apa yang menjadi keinginan aspirasi masyarakat dan atas arahan Pj. Bupati Pringsewu sehingga pada akhirnya terciptalah Gambar disain akhir seperti pada Disain 4, yang diserahkan oleh Disainer kepada Ketua Tim Juri Penilai untuk selanjutnya disampaikan langsung kepada Bupati Pringsewu pada malam tanggal 19 Agustus 2009 dalam acara Ramah Tamah dan Penutupan Rangkaian Perayaan HUT RI 64 di Pendopo Pringsewu.

Secara utuh maka pemaknaan komponen Disain yang ada dapat didiskripsikan secara lengkap sebagai berikut:

1) Merah putih perlambang Kabupaten Pringsewu, dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Gambar bintang menunjukkan masyarakat Pringsewu, religius, ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjadi naungan semua sendi kehidupan.

3) Latar belakang berwarna biru muda melambangkan perdamaian, kuning melambangkan ke-empatian (senasib sepenanggungan)

4) Payung (di atas siger) merupakan lambang perlindungan pada masyarakat, dengan rumbai berjumlah 11, menyatakan bulan pembentukan yakni Bulan November (Bulan 11).

5) Siger merupakan ciri khas budaya daerah lampung.

6) Gambar Padi berwarna kuning emas dan Kapas putih, adalah lambang kesejahteraan dan kemakmuran.

a. Jumlah butir padi 48, melambangkan Nomor Undang-undang Pembentukan Kabupaten Pringsewu, yakni Nomor 48 Tahun 2008.

b. Jumlah buah kapas 26, melambangkan tanggal penetapan Undang-undang Pembentukan Kabupaten Pringsewu, yaitu tanggal 26.

7) Gambar Bambu runcing, perlambang semangat perjuangan dengan jumlah bambu 8, menyatakan jumlah Kecamatan di Wilayah Kabupaten Pringsewu sebagai modal dasar terbentuk Kabupaten Pringsewu.

8) Gambar Buku dan Roda bergerigi (setengah dan utuh) menyatakan usaha pencapaian berkeunggulan di bidang Pembangunan, Pendidikan dan Teknologi.

9) Pada bagian bawah Disain padi dan kapas serta Bambu bertuliskan ”JEJAMA SECANCANAN” yang memiliki makna bebas: bersama-sama saling bergandengan tangan atau dengan kata lain bergotong royong, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Filosofi ”Bambu” sebagai maskot dari logo Kabupaten Pringsewu memiliki beberapa alasan yang mendasarinya.

a. Bambu adalah salah satu pepohonan yang memiliki kegunaan bagi manusia.

b. Bambu tumbuh secara berumpun-rumpun, berkumpul sehingga menjadi kuat dan dapat menahan erosi, akan menjadi tempat berteduh pada waktu panas.

c. Batang bambu lentur (elastis) dan dapat dibentuk dalam wujud apapun, melambangkan kondisi bahwa masyarakat Kabupaten Pringsewu dengan masyarakatnya fleksibel dan ulet.

d. Adapun bambu memiliki manfaat lain diantaranya:

1) Ketika masih sangat muda dapat dijadikan bahan makanan/sayuran.

2) Ketika beranjak lebih tua, dijadikan tali temali untuk mengikat benda yang berserakan, hal ini mengandung nilai filosofi mengikat masyarakat pringsewu dalam satu wadah Kabupaten Pringsewu.

3) Ketika menjadi tua, bambu dapat dijadikan bahan bangunan (gribik) dan perabot rumah tangga, daun bambu dapat dijadikan pakan ternak, bambu kering untuk bahan bakar membuat tungku tanah, begitu pula tangkai bambu dapat dijadikan kayu bakar untuk memasak.

4) Bonggol bambu dapat dijadikan bahan untuk seni pahat / kreasi seni yang bernilai tinggi.

Berangkat dari beberapa nilai filosofi dari ”Bambu” yang sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia, maka dapat diambil kesimpulan:

Lambang bambu dapat dijadikan inspirasi masyarakat Kabupaten Pringsewu, melihat sangat banyak kemanfaatan dari sebilah bambu dan pepohonannya, hal ini menjadi harapan bahwa semoga dengan terbentuknya Kabupaten Pringsewu dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat Pringsewu. Amin!

Akhir Agustus 2009

Pemenang Disain,

Drs. Gembong Sumadiyono,M.Pd.